Psikologi Pendidikan: Inteligensi

Inteligensi; kata tersebut pasti tidak asing di telinga kita. Terutama jika kalian pernah mencoba tes inteligensi semacam tes IQ, baik di sekolah maupun di satu tempat yang mengadakan psikotes. Tapi, apa kalian tahu apakah inteligensi itu?

Berdasarkan pandangan orang awam pada umunya, inteligensi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun memampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi.

Adapun ciri-ciri perilaku inteligen menurut pandangan orang awam:
  1. Ciri-ciri perilaku inteligen tinggi: kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental dengan cepat, kemampuan mengingat, kreativitas tinggi dan imajinasi yang berkembang.
  2. Ciri-ciri perilaku inteligen rendah: perilaku lamban, tidak cepat mengerti, kurang mampu menyelesaikan problem mental yang sederhana.
Sebenarnya, inteligensi diibaratkan aliran listrik; mudah diukur, namun hampir mustahil untuk didefinisikan atau dijelaskan.

Namun, ada pula beberapa ahli yang mendefinisikan inteligensi. Seperti Terman, yang menyatakan bahwa inteligensi merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak. Ataupun Thorndike, yang mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.

Adapun perbedaan inteligensi dalam pandangan awam dengan pandangan para ahli, diantaranya:

AWAM
AHLI
Kemampuan Praktis untuk Pemecahan Masalah
Kemampuan Pemecahan Masalah
-           Nalar yang baik
-           Melihat hubungan diantara berbagai hal
-           Melihat aspek permasalahan secara menyeluruh
-           Pikiran terbuka
-           Mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi
-           Mengambil keputusan tepat
-            Menyelesaikan masalah secara optimal
-           Menunjukkan pikiran jernih
Kemampuan Verbal
Inteligensi Verbal
-           Berbicara dengan artikulasi yang baik dan fasih
-           Berbicara lancar
-           Punya pengetahuan di bidang tertentu
-           Kosakata baik
-           Membaca dengan penuh pemahaman
-           Ingin tahu secara intelektual
-           Menunjukkan keingintahuan
Kompetensi Sosial
Inteligensi Praktis
-           Menerima orang lain seperti adanya
-           Mengakui kesalahan
-           Tertarik pada masalah sosial
-           Tepat waktu bila berjanji
-           Tahu situasi
-           Tahu cara mencapai tujuan
-           Sadar terhadap dunia sekeliling
-           Menunjukkan minat terhadap dunia luar

Terdapat pula faktor-faktor inteligensi, diantaranya:
  1. Uni Factor Theory (Teori Kapasitas Umum) [William Stern]
         Inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Kapasitas umum timbul akibat pertumbuhan fisiologis dan akibat belajar.
  2. Two Factors Theory [Spearman]
    -  Faktor Umum (G Factor)
             Faktor yang menentukan apakah sesorang itu secara umum bodoh atau pandai
    -  Faktor Khusus (S Factor)
              Faktor yang menentukan kepandaian sesorang dalam bidang tertentu, seperti fisika
       ataupun bahasa
  3. Multi Factors Theory [E.L. Thorndike]
         Inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu.
  4. Primary Mental Abilities [Thurstone]
         Faktor umum tidak ada, yang ada hanya sekelompok faktor yang diberi nama primary mental abilities, diantaranya:
    - Pengertian verbal
    - Kemampuan angka
    - Penglihatan keruangan
    - Kemampuan penginderaan
    - Ingatan
    - Penalaran
    - Kelancaran kata
Untuk mengukur inteligensi, bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok. Untuk tes inteligensi secara individu, terbagi atas dua jenis tes, yaitu:
  1. Tes Binet
    -  Pada tahun 1904, Alfred Binet diminta pemerintah Perancis untuk menyusun metode untuk identifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah (bersama Theophile Simon)
    -  Tes tersebut dibuat berdasarkan konsep inteligensi Stern yang telah ada
    -  Pada masa itu, anak yang kurang mampu belajar di sekolah umum akan dialihkan ke sekolah khusus
    -  Akhirnya pada tahun 1905, Binet berhasil menyusun skala yang terdiri dari 30 item
    -  Binet mengembangkan suatu konsep yang dinamakan konsep Mental Age (MA), yaitu usia mental, suatu level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain
    -  Pada tahun 1912, William Stern menciptakan konsep Intellegence Quotient (IQ), yaitu:
        IQ = MA/CA x 100
        MA: Mental Age
        CA: Chronoligical Age

        ~ Jika usia mental sama dengan usia kronologis, IQ yang diperoleh adalah 100
        ~ Usia mental dapat berbeda dengan usia kronologis
        ~ Bila usia mental di atas usia kronologis, maka IQ yang diperoleh lebih dari 100. Namun, bila usia mental di bawah usia kronologis, maka IQ yang diperoleh kurang dari 100
    -  Tes Binet ini mengalami revisi berkali-kali, dan disebut dengan Stanford-Binet
    -  Tes Binet diperuntukkan anak usia dua tahun hingga orang dewasa
  2. Skala Wechsler
    -  Skala Wechsler diciptakan oleh David Wechsler
    -  Dalam skala ini, diperkenalkan IQ verbal dan IQ performance
    -  Skala Wechsler terdiri dari tiga macam, yaitu:
       ~ WPPSI-R (Wechsler Preschool and Primary Sale of Intelligence-Revised), untuk usia 4-6.5 tahun
       ~  WISC-R (Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised), untuk usia 6-16 tahun
       ~  WAIS-R (Wechsler Adult Intelligence Scale), untuk orang dewasa
Selain tes inteligensi untuk individu, tes inteligensi untuk kelompok terdiri dari tiga macam tes, diantaranya:
  1. Lorge-Thorndike Intelligence Tests
  2. Kuhlman-Anderson Intelligence Tests
  3. Otis-Lennon School Mental Abilities
Karena memiliki macam-macam tes inteligensi yang berbeda, diantara tes inteligemsi individu dengan tes inteligensi kelompok memiliki perbedaan, yaitu:
Tes Individual
Tes Kelompok
-           Kurang ekonomis
-           Pemahaman murid akan lebih baik
-           Dapat menyusun laporan individual
-           Dapat mengukur tingkat kecemasan murid
-           Lebih nyaman bagi anak
-           Ekonomis
-           Pemahaman murid mungkin terbatas
-           Tidak dapat disusun laporan individual
-           Tidak dapat mengukur tingkat kecemasan murid


CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Back
to top